Pintu air di jembatan Nambangan-Nangsri dibuat pada akhir abad 19, pada saat itu Pundong dilanda banjir besar akibat luapan Sungai Opak. Akibatnya ribuan rumah terendam banjir dan rusak. Pada Saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX merencanakan pembuatan tanggul raksasa di pinggir Sungai Opak. Sejak tanggul selesai dikerjakan, kawasan pundong terbebas dari banjir. Tanggul ini memanjang dari kawasan Bendungan Tegal hingga Jembatan Kretek. Lebar tanggul hampir 1,5 meter dengan tinggi 3 meter.
Fungsi dari pintu air di tanggul Kali Opak Dusun Nangsri adalah ditutup apabila Sungai Opak banjir dan meluap sampai setinggi tanggul tersebut. Namun saat ini karena kondisi sungai yang dalam, menjadikan fungsi pintu air tersebut sudah tidak pernah digunakan sejak tahun 1980.
Rencananya akan dibangun Jembatan sekelas Jembatan Soka Gunung Puyuh dan studi kelayakan pembangunan jembatan sudah selesai dikerjakan sejak 2012 lalu, akan tetapi pembangunan jembatan terkendala oleh bangunan yang dianggap sebagai salah satu bangunan cagar budaya tersebut diatas. Maka rekomendasi dari Dinas Kebudayaan Provinsi DIY lebar jembatan 4-5 meter saja.
Prospek pembangunan jembatan apabila pembangunan jembatan Nambangan-Nangsri terealisasi diharapkan akan meningkatkan perekonomian lokal, perdangangan dan wisata lintas wilayah, dan akan meningkatkan stabilitas pusat perdangangan dan jasa utama (Desa Srihardono) dan pusat perdangangan dan jasa utama (Desa Seloharjo). Meningkatkan obyek daerah tujuan wisata di Kecamatan Pundong (wisata alam, wisata kuliner, wisata edukasi kerajinan), serta menjadi jalur alternatif Yogyakarta-Parangtritis.
Dalam jangka panjang, untuk meningkatkan perekonomian lokal dan antar wilayah, pembangunan Jembatan Nambangan akan cukup relefan, karena embrio potensi perekonomian cukup banyak di kawasan ini.
Jembatan Gantung Nambangan-Nangsri Kecamatan Pundong
lalu lintas di jembatan gantung pundong