bpbd.bantulkab.go.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan gladi ruang mitigasi gempa bumi dan tsunami untuk Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dalam rangka penguatan unit pelaksana teknis geofisika dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul dalam memahami rantai peringatan dini tsunami. Kegiatan ini dilaksanakan di Graha Stasiun Geofisika Yogyakarta mulai tanggal 29 Februari hingga 1 Maret 2016.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Drs. Mochammad Riyadi, M.Si, menjelaskan, BPBD perlu memahami rantai peringatan dini tsunami dari BMKG serta arahan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Selatan Pulau Jawa memiliki potensi tsunami yang cukup nyata, dulu pernah terjadi di Pangandaran dan Banyuwangi. Kelihatannya tenang namun menghanyutkan.
Saat ini, gempa masih sulit diprediksi bahkan oleh negara maju sekalipun, namun BMKG sudah mengarah kesana, yaitu untuk dapat memprediksi kegempaan, BMKG sudah memasang 2 alat prekursor gempa, satu di Piyungan dan satu lagi di Pundong, dan ini pertama kali di Indonesia. Tujuan dari pemasangan alat itu sendiri adalah untuk mengamati perilaku gejala gempa bumi, dari dua alat tersebut sudah ada datanya namum belum signifikan.
Berkaitan dengan gempa, khususnya untuk Bantul, Yogyakarta, ada 2 potensi ancaman, yaitu gempa didarat
dan gempa dilaut, untuk darat berkaitan dengan Sesar Opak, sedangkan untuk laut berkaitan dengan pertemuan lempeng di Samudera Hindia, yang mana dapat berpotensi tsunami, jelasnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul Drs. Dwi Daryanto, M.Si, dan Kepala BMKG Yogyakarta, Tony Agus Wijaya, serta peserta dari Polres Bantul, Kodim 0729/Bantul, BPBD Bantul, PMI, ORARI, RAPI, perwakilan pemerintah desa, media cetak dan elektronik, serta perwakilan sekolah diwilayah pesisir Kabupaten Bantul. (aka/foto fatah)